Sunday, November 3, 2013

Bontang is Crying

Semalam Bontang hujan deras banget. Sepertinya Bontang sedang menangis. Suasananya pas banget dengan suasana hati. Sedih campur-campur.
Bukan tanpa alasan kenapa semalam sesedih itu. Seminggu ini banyak berita duka yang menimpa orang-orang terdekat.
Seminggu yang lalu mertua Pak Agus Fatah meninggal dunia karena kecelakaan. Selang tiga hari berikutnya Miss Nur, guru bahasa Inggris SD 2 YPK kecelakaan ketika pulang kerja dan akhirnya harus dioperasi karena patah tulang. Alhamdulillah Allah masih memberikan beliau umur panjang.
Kemarin sabtu sore aku dan ibu-ibu lainnya menghadiri acara tahlilan di rumah keluarga Pak Agus Fatah. Belum juga acaa tahlil selesai, kami dapat kabar bahwa Putra dari Pak Eman dan Bu Rani, Gandring Ibnu Fauzi mengalami kecelakaan di Bandung.
Sampai acara tahlil selesai pun kami belum tau kabar Gandring selanjutnya, dan berharap akan ada kabar baik dari Bandung.
Abis maghrib, seperti biasa internetan sambil cek facebook dan twitter. Di sana sudah ramai mengabarkan bahwa Gandring sudah tidak ada.
Sedih? Iya...
Meskipun belum pernah bertemu dengan almarhum secara langsung, tapi karena kenal dengan orangtuanya, aku ikut merasa kehilangan.
Membaca status dan tweet dari para siswa SMA YPK, rasanya pengen nangis. Sebenarnya bukan berlebihan, tapi kejadian ini mengingatkan ketika keponakanku meninggal setahun yang lalu.
Sepertinya hujan semalam juga ingin turut mengiringi kepergian Gandring.
Tidak cukup sedihnya karena berita duka itu, semalam akhirnya Oppa bilang     "we cant, i am not sure i am strong enough to overcome cultural religional and personal differences". Rasanya antara mau nangis dan tidak. Bukan antara, tapi memang nangis. Pas banget hujannya. Serasa main di drama Korea.
Ya sudahlah, lets forget Korea for a while.

No comments:

Sertifikat JTEST Pertamakuuu

Tepat tanggal 1 Maret kemarin sertifikat JTEST yang saya tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Sertifikat dikirim menggunakan TIKI  ke alamat ...